Sabtu, 26 Maret 2011

SEJARAH GEREJA MASEHI INJILI dI MINAHASA

SEJARAH SINGKAT 


Gereja Masehi Injili di Minahasa disingkat GMIM merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia yang beraliran Calvinisme. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah dipisahkan dari Gereja induknya, Indische Kerk. Pada tanggal 30 September 1934 GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri. Tanggal ini diperingati sebagai hari jadi GMIM.

SEJARAH GMIM

Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz. Mereka diutus oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), badan pekabaran Injil asal Belanda.[rujukan?] Pada tanggal 12 Juni 1831 mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan kristen di Tanah Minahasa.
Kini  GMIM mempunyai sekitar 900 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 818 gereja lokal, yang dibagi ke dalam 85 wilayah, dengan sekitar 1.000.000 anggota.
GMIM mengelola banyak lembaga sosial seperti Pendidikan Anak Usia Dini (2), Taman Kanak-kanak (332), Sekolah Dasar (364), Sekolah Menengah Pertama (64), SMA (20), sekolah kejuruan (6), sebuah universitas dengan antara lain adanya fakultas teologi, sekolah untuk penyandang cacat (2), rumah yatim-piatu (2), pusat pelatihan (2), dan rumah sakit.

Afiliasi

GMIM adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-gereja Asia, Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia. Selain itu, GMIM juga merupakan bagian dari Gereja Protestan di Indonesia dan anggota dari Sinode Am Gereja-gereja di Suluttenggo (SAG), yang terdiri atas Gereja-gereja di Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo

Pimpinan GMIM

Kepimpinan GMIM dijalankan oleh Badan Pekerja Sinode yang dipimpin oleh seorang ketua. Ketua Sinode GMIM sejak berdirinya:
  1. Dr. E.A.A. de Vreede (1934–1935)
  2. Ds. C.D. Buenk (1935–1937)
  3. Ds. H.H. Van Herwerden (1937–1941)
  4. Ds. J.P. Locher (1941–1942)
  5. Ds. A.Z.R. Wenas (1942–1952)
  6. Ds. M. Sondakh (1951–1954)
  7. Ds. A.Z.R. Wenas (1955–1968)
  8. Ds. R.M. Luntungan (1968–1979)
  9. Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe (1979–1990)
  10. Pdt. K.H. Rondo , MTh (1990–1995)
  11. Prof. Prof. Dr. W.A. Roeroe (1995–2000)
  12. Pdt. Dr. A.F. Parengkuan (2000 – 2004)
  13. Pdt. Dr. A.O. Supit, STM (2005–2009)
  14. Pdt. P. M. Tampi, STh, MSi (2010–2014)
  15. Pdt. Tunggu aja Tahun 2014,, :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar